Strategi Stop Loss Dalam pasar investasi atau trading sangat diperlukan. Terdapat beberapa strategi dan cara yang dapat dipakai untuk meraih cuan sesuai rencana target. Salah satunya adalah strategi stop loss dan take profit.
Strategi tersebut perlu untuk dipelajari sehingga menghasilkan keuntungan dan memperkecil risiko rugi ketika berinvestasi atau trading saham. Nah, sebenarnya apa sih pengertian dari kedua istilah tersebut? dan bagaimana cara untuk menerapkannya? Untuk memahaminya, berikut ini penjelasan singkat yang semoga dapat mencerahkan kamu.
Pengertian Stop Loss
SL atau Stop Loss adalah sebuah tindakan untuk menjual sebuah saham di harga tertentu untuk membatasi kerugian.
SL level ditetapkan di awal transaksi, untuk mengantisipasi apabila harga saham tidak bergerak naik seperti yang diekspektasikan, namun bergerak turun. Umumnya, harga turun dengan kelajuan yang lebih cepat daripada kenaikan. Itu sebabnya stop loss adalah hal yang sangat perlu dilakukan.
Jangan sampai keuntungan yang sudah dikumpulkan, portfolio yang sudah bertumbuh, tergerus nilainya karena 1 transaksi yang salah dan harga saham terus bergerak turun. Di sinilah penting bagi kita memiliki SL level.
SL level merupakan trading plan yang penting sehingga harus dihitung dengan sistematis, bukan berdasarkan ‘feeling’. SL bermanfaat untuk menghindari para trader memiliki dan menyimpan saham bearish.
Sebagai contoh, kamu membeli saham VXYZ seharga Rp 100. Kemudian kamu menetapkan stop loss sebesar 10% atau Rp10 di bawah harga pembelian saham tersebut, yaitu di Rp90. Dengan demikian saat harga turun, kamu hanya mengalami kerugian maksimal sampai 10% saja.
Di dalam trading, teknik membatasi kerugian ini sering disebut Cut Loss (Cut = memotong, Loss = kerugian) atau Stop Loss (Stop = menghentikan, Loss = kerugian). Prinsip keduanya sama, cuma beda istilah saja.
Ada dua cara yang bisa kamu lakukan untuk menggunakan stop loss yaitu:
- Manual. Di sini trader melakukan penutupan posisi trading secara manual.
- Otomatis. Dengan kecanggihan software online trading yang ada sekarang, maka SL bisa dilakukan secara otomatis. Trader tinggal menetapkan kriteria posisi SL yang diinginkan, dan kemudian dapat ditinggal. Nanti software yang akan menjalankan SL tersebut apabila level harga yang ditentukan tercapai.
Pengertian Take Profit
Strategi berikutnya yang dapat digunakan oleh para trader saat trading saham adalah take profit atau sering disebut TP.
Take profit merupakan istilah aksi ambil untung yang dilakukan oleh para trader atau investor. Tujuan utama dari berinvestasi ataupun trading saham tentunya untuk take profit.
Ilustrasi take profit. Jacko membeli saham JKLM di harga Rp1.500 per lembar. Andi ingin merealisasikan keuntungan (menjual saham) di harga Rp1.750. Ketika harga sudah mencapai Rp1.750 Andi menjual sahamnya. Sehingga Jacko mendapatkan keuntungan sebesar Rp250 per lembar saham.
Kapan Harus Melakukan Stop Loss?
Perlu diingat bahwa posisi stop-loss tidak boleh berada di posisi yang terlalu sempit supaya tidak terpengaruh fluktuasi pasar normal. Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa kamu pilih untuk menentukan stop-loss yang tepat:
1. Trailing Stop-Loss
Trailing stop loss juga dikenal dengan istilah protect stop, di mana saham bergerak searah dengan tren. Ketika harga berbalik dari tren, trailing tidak akan bergerak. Hasil dari teknik ini adalah keuntungan tertinggi, bukan dari entry price.
Kamu tetap bisa menggunakan metode ini meski sebelumnya tidak melakukan take profit. Di mana, metode ini efektif digunakan di pasar yang sedang trending karena pergerakannya akan seiring harga pasar dan secara otomatis berhenti saat tren berubah arah.
2. Menggunakan Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah cara yang bisa membantu kamu melakukan trading dengan disiplin. Ketika kamu trading dengan tekun, kemungkinan untuk meraih keuntungan tentu semakin besar. Untuk melakukan manajemen risiko, pastikan kamu tidak menggunakan seluruh dana yang ada. Seberapa banyak pun uang yang kamu miliki, gunakan sebagian untuk membeli beberapa saham atau instrumen dan perhitungkan dengan baik keyakinan dan peluang yang kamu miliki.
Baca juga: Hindari Kerugian Besar Saham, Pahami Cut Loss dan Stop Loss
Cara Menentukan Stop Loss dan Take Profit
Bagi seorang investor atau trader, kamu harus mengetahui dengan tepat bagaimana cara menentukan Stop Loss dan Take Profit saham supaya tidak mengalami kerugian yang besar.
1. Cara Menentukan Stop Loss
Nah, di bawah ini adalah beberapa cara menentukan Stop Loss yang mudah dan aman:
a. Lakukan Time Frame yang lebih besar
Pada grafik trading, kamu sebaiknya memperbesar time frame yang dilakukan, kemudian lihat arah trend harga yang bergerak. Kamu bisa menggunakan Far Point ketika mengikuti arah trend, namun jika kamu melawan arah trend, kamu akan lebih aman menggunakan Close Point.
b. Lakukan Break pertama
Untuk menghindari False Break resistance beberapa kali, sebaiknya gunakan Close Point ketika hal tersebut terjadi sekali. Namun, kamu bisa menggunakan Far Point ketika False Break terjadi kedua kalinya.
c. Segara lakukan Take Profit Point
Ketika kamu percaya diri menempatkan level take profit, maka kamu dapat menghitung level Stop Loss dengan risk-reward ratio menggunakan perbandingan 1:2. Namun, akan lebih baik jika kamu mengambil posisi ketika harga mendekati area False Break resistance untuk meminimalisir kerugian.
2. Cara Menentukan Take Profit
Di bawah ini, ada beberapa cara mudah menentukan Take Profit pada saham dengan tepat.
a. Targetkan proyeksi keuntungan dibandingkan risiko
Dibandingkan target keuntungan yang diharapkan, rasio ini turut mewakili proyeksi kerugian yang siap ditanggung para trader atau investor.
b. Targetkan proyeksi keuntungan dibandingkan modal
Biasanya metode ini akan digunakan ketika bermain pada saham gorengan dan kurang cocok jika digunakan dalam saham blue chip.
c. Targetkan proyeksi keuntungan dengan berbasis pada analisis teknikal
Strategi ini dinilai paling rumit dan membutuhkan pembelajaran panjang, namu memiliki tingkat akurasi yang terbaik.
Baca juga: Cara Supaya Tidak Ketinggalan Momentum Take Profit Saham
Beda Stop Loss, Cut Loss, dan Trailing Stop
Di antara berbagai informasi dari ketiga istilah ini, ada beberapa perbedaan yang bisa dianalisa diantaranya :
1. Tujuan Penggunaan
Jika dilihat sekilas, tujuan penggunaan cut loss, stop loss, hingga trailing stop cukup mirip yaitu untuk membatasi kerugian supaya tidak semakin besar.
Namun tujuan penggunaan ini lebih cocok digunakan untuk cut loss dan stop loss. Sedangkan, trailing stop memiliki tujuan tambahan lain yaitu menjaga profit yang telah dimiliki. Di mana, level stop loss yang digunakan pada trailing stop mengikuti harga saham yang berlaku.
Ketika saham mengalami kenaikan harga, maka level stop loss juga akan ikut naik sehingga profit dari kenaikan harga yang ada akan tetap kamu dapatkan. Begitu juga ketika harga mengalami penurunan, level stop loss juga akan menyesuaikan penurunan sehingga profit tetap bisa diperoleh.
2. Ilustrasi Kasus
Supaya bisa lebih memahami perbedaan ketiganya, di bawah ini adalah contoh dari cut loss, trailing stop dan stop loss.
Contohnya, kamu ingin membeli saham emiten ABCD dengan harga Rp5.000 per saham, kemudian kamu menerapkan stop loss pada harga Rp4.600.
2 jam setelah kamu membeli saham tersebut, harga saham naik menjadi Rp5.300 kemudian 3 jam setelahnya harga anjlok menjadi Rp4.600.
Setelah melihat kondisi pasar saham tersebut, berikut ilustrasi yang terjadi pada saham yang kamu miliki:
Stop Loss: Saham ABCD yang kamu beli akan otomatis terjual 5 jam setelah pembelian dengan harga jual saham Rp4.600.
Cut Loss: Setelah 5 jam dari pembelian saham, kamu harus menentukan keputusan sendiri apakah ingin menjual saham dengan harga Rp4.600 atau meneruskan trading dengan risiko dan profit yang belum bisa diperkirakan.
Trailing Stop: Pada saat pembelian saham, kamu menentukan level stop loss pada angka Rp4.600, namun 2 jam setelah pembelian, harga saham yang kamu miliki naik sebesar Rp300 dari harga awal. Sehingga level stop loss saham yang kamu miliki juga naik ke angka Rp4.900.
5 jam setelah pembelian, harga saham yang turun ke angka Rp4.600 juga membuat saham yang kamu miliki otomatis terjual namun dengan harga Rp4.900 karena level stop loss yang kamu miliki sebelumnya telah naik ke angka tersebut.
Penjualan otomatis saham akan terjadi di harga Rp4.900 sebelum kondisi harga mencapai angka Rp4.600.
Dari ilustrasi tersebut tergambar bahwa trailing stop bisa menjadi pilihan yang lebih tepat untuk kasus di atas jika dibandingkan cut loss dan stop loss karena masih memiliki peluang untuk memberikan profit dari saham yang dimiliki.
Lalu mana yang lebih baik?
Lalu mana yang lebih baik? Tentu ketiganya memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Sehingga kamu harus menganalisa ketiga hal tersebut secara lebih mendalam. Ketiganya pun bisa digunakan secara bergantian pada kondisi trading tertentu.
Itulah perbedaan stop loss dan take profit dalam investasi ataupun trading saham. Kedua hal tersebut tidak ada rumus pastinya karena bersifat sangat subjektif. Selain itu setiap saham mempunyai pergerakan dan pola grafik historis yang berbeda-beda.
Akan tetapi untuk menentukan SL dan TP tentunya perlu memperhatikan garis support dan resistance yang paling sering dilalui. Untuk menentukan SL dan TP intinya adalah harus banyak mempelajari pola pergerakan di pasar saham.